Wednesday, December 5, 2012

musik

dalam menghadapi musik, mungkin saya tak akan pernah serius. tak bisa. saya hanya akan bermain-main saja dengan nada dan perasaan saya sendiri, terlebih pada instrumen musiknya.

saya tak akan (men)serius(i) musik,
tapi hanya akan
(me)main(kan) musik.

bermain dengan serius,
agar permainanku terasa lebih seru dan indah.


mau bermain (musik) bersamaku?

Sunday, December 2, 2012

dropbox

pernah seperti ini walau gratis.

Sunday, November 11, 2012

ada satu masa

ada satu masa ketika
di tempat tidur saya berserakan
kamus bahasa yang terbuka
partitur yang bertebaran
novel yang belum selesai dibaca
komik yang telah berulang kali dibaca
cemilan yang belum habis isinya
alat tulis bertebaran
biola yang dipeluk
dalam dekapanku yang telah tertidur

ada satu masa ketika
saya dalam posisi santai di tempat tidur
memeluk bantal
memegang novel
mencomot camilan
mendengarkan musik
sambil terkantuk-kantuk

ada satu masa ketika
di meja belajar saya
ada gelas berisi kopi panas yang tinggal setengah
toples camilan yang kosong
novel-novel yang tak mendapat tempat di rak
kardus makanan kosong
lembaran partitur yang mulai lecek
sobekan tiket transjakarta
berebut tempat dengan kertas catatan yang tercecer
sementara  uang-uang logam senantiasa tersembul diantaranya
ada pula buku harian yang masih suka dibaca dan ditulis dan
al-quran yang kepamorannya bersaing dengan novel

sedangkan saya, aku, dan gue

menghitung nada apakah yang berada di garis bantu atas di partitur yang bernada dasar do=fis sementara pemutar musik di laptop masih mengalunkan lagu incubus.

mungkin saya tak akan lagi di sini,
menikmati
hal-hal yang kusenangi

Thursday, October 18, 2012

marah

beberapa hari yang lalu, saya merasa sangat marah hingga ingin menangis. rasanya sesak dan menekan.  udara pun rasanya mengental sehingga sulit dihirup. dan paru-paru memompa lebih kuat bersana jantung yag berpacu lebih kencang. dan kantung airmata..

hati yang panas membara
sesak
teriakan yang tak bisa dilepaskan
lebih-lebih makian yang tak tahu harus dialamatkan ke mana

ke mana?
ke mana?


aku punya banyak alasan untuk sedih
aku punya lebih banyak alasan untuk marah
dan aku punya satu alasan untuk menahan makian ku.

karena-Mu!

tanpa bicara di akhir solat pun kau tetap tahu, kan?

sudah bertahun-tahun,
Tuhan..

Monday, September 17, 2012

manusia

apa yang membuat seseorang disebut manusia?
...
nyawa?
tanpa nyawa ia hanya mayat

apa yang membuat seseorang disebut manusia?
...
perasaan?
tanpa perasaan ia bisa hanya berupa robot belaka

apakah hidup?
apakah kehidupan?
apakah rasa?
apakah perasaan?

tak cukup dengan bergelut dengan dunia untuk mempertahankan nyawa
(yang entah masih berarti atau tidak)
manusia masih didera oleh perasaan yang sering mengacaukan pikiran
(yang entah masih sehat atau tidak)

parade kasih sayang
pertunjukkan yang memilukan
sungai airmata
tawa yang pekakkan telinga

prasangka, harapan, dugaan, rasa percaya, curiga
gundah, tenang, resah, damai, kecewa..

punya tubuh saja tak cukup
punya nyawa saja tak cukup
punya perasaan saja tak cukup

punya harta saja tak cukup
punya cinta saja tak cukup
punya kepekaan sosial saja tak cukup
punya rasa kemanusiaan saja tak cukup

pintar saja tak cukup
baik saja tak cukup
bahagia saja tak cukup
sempurna saja tak cukup

apakah menjadi manusia saja cukup, Tuhan? 

Friday, September 14, 2012

sistem kredit semester

di kampus saya, untuk menjadi seorang sarjana bisa menempuh 2 jalur, yakni

1. menyelesaikan 144 sks (termasuk 5 sks untuk skripsi)
2. menyelesaikan 144 sks (tanpa skripsi)
3. ada yang pake pkl segala, tapi di jurusan saya kebetulan ga ada.

jalur pertama merupakan jalur yang umum diketahui umum kan? hampir semua kampus yang saya tahu dan semua teman-teman saya yang kuliah mengambil opsi pertama untuk meraih gelar S1-nya sekaligus keluar dari kepenatan belajar di universitas yang rasanya lama. (rata-rata masa belajar di universitas swasta atau negeri adaah 4 tahun, tapi bisa juga 3,5 tahun bila memang sudah menyelesaikan jumlah sks yang ditentukan. padahal di stm dulu juga masa belajarnya 4 tahun, tapi rasanya kejenuhan belajar di universitas jauh lebih besar :P).

asal tahu saja, karena saya orang yang santai dan tidak terlalu berambisi, setiap semesternya saya hanya diperbolehkan (dan mampu) untuk mengambil 21 sks saja. bila digabungkan, jumlah sks yang telah diambil dan diselesaikan oleh saya di akhir semester 6 adalah 123 sks. (pada semester 1 dan 2, mata kuliahnya paketan, jadi saya hanya mengambil 19 dan 20 sks). beberapa teman saya selalu/beberapa kali pernah mengambil 24 sks per semesternya, jadi hutang sksnya tidak sebanyak saya di semester 7 ini.

hitung
144-123=
21 sks.

itu hutang yang harus saya lunasi bila ingin jadi sarjana.

bila saya ingin menempuh waktu belajar yang umum, artinya saya masih punya 2 semester lagi untuk belajar di kampus ini. 21 sks dibagi 2 semester. hm.. bisa saja saya mengambil 21 sks sekaligus semester ini dan meraih gelar sarjana tanpa skripsi, tapi kok rasanya janggal ya? ehe.. padahal saya kan kuliah di jurusan ini karena penasaran sama topik skripsi yang mau saya ajukan. ya, alasan saya masuk jurusan ini tidak pernah berubah dari 3 tahun lalu. sangat konsisten bukan? -halah-

informasi tambahan, masih ada 2 mata kuliah yang harus saya ambil bila ingin mengambil peminatan "itu" di jurusan saya. dan dua mata kuliah itu hanya dibuka di semester genap.  2 mata kuliah x 3 sks=
6 sks. ditambah skripsi semester depan, 5 sks.

hitung
6 + 5=
11 sks untuk semester genap (8).

berarti
utang sks - yang akan diambil semester depan=
21 - 11=
10 sks yang harus diambil semester ini.


hm.. biasanya mata kuliah yang ada berjumlah 3 sks untuk 1 semester, berarti minimal ambil 4 mata kuliah dan saya akan mempunyai kelebihan 2 sks. (3 x 4 = 12sks). bila benar saya hanya mengambil 4 mata kuliah, wow! akan menjadi semester yang santai.

tapi, ternyata saya melihat mata kuliah yang asik untuk dipelajari, lalu saya kalap. saya pilih semua mata kuliah menarik itu, untuk kemudian diomeli oleh Pembimbing Akademis saya karena memilih di luar batas sks (saya memilih hingga 33 sks).
drop, drop, drop. hingga kini di account mahasiswa saya, hanya terdapat 18 sks tersisa untuk mata kuliah yang menarik itu. dan saya bingung.

itu saja. 
sekian dan terima kasih. 



*galau

Thursday, August 30, 2012

menggembel

pengen berpenampilan gembel ah, setahun ini

ga yakin antara
1. mumpung bisa karena masih mahasiswa (karyawan harus tampil rapih), dan
2.  sok yakin kalo begitu lulus langsung dapet kerja,
3.  atau malah harusnya tahun ini berpenampilan rapih untuk siap-terjun ke masyarakat tahun depan (amin!).



Tuesday, August 21, 2012

maaf

maaf.
sebuah kata kerja yang bisa diberi imbuhan sehingga menjadi sebuah kata yang bersikap aktif dan pasif

memaafkan dan dimaafkan.

aku menulis ini mungkin karena waktunya yang memang tepat, di suasana idul fitri yang dirayakan umat muslim di seluruh dunia (atau di seluruh jagat, aku tak tahu). aku menulis ini juga karena permasalahan memaafkan dan dimaafkan ini telah berkutat dan mengendap lama di sudut kecil otakku yang  tak terlalu besar, berfermentasi sehingga mengandung alkohol dan memabukkanku.

bila kau memang manusia, tentunya kau pernah berbuat salah. bila tidak, kau bukan manusia. bahkan nabi pun pernah berbuat salah. kesalahan adalah salah satu cara yang paling cepat agar manusia bisa belajar. belajar untuk:

1) melihat bagaimana orang lain memperlakukan dirinya.
2) menguji apakah diri sendiri berada di arus kebenaran yang mana :D
3) belajar berinteraksi dengan orang lain
4) belajar menyadari kesalahan diri sendiri dan orang lain
5) melihat seberapa besar rendah hati kita untuk meminta maaf
6) dan melihat seberapa lapang hati kita untuk memaafkan kesalahan orang lain


agaknya enam poin di atas hanya dibuat dan dikarang-karang oleh ku saja (dan memang begitu adanya), tetapi mudah-mudahan kau mengerti hal apa yang menjadi poin penting dalam karangan itu.

maaf

a word that is hard to say, but cheap for some people.
some people mean it, and some people dont.
and i wonder..

how far did apology matter in this forgiveness thing?

what do i have to take to be forgiven?
if i made mistake to someone and never apologize because i never realize that i hurt him/her,
will he/she forgive me?
can i be forgiven?

what do i have to do to be forgiven?
iif i made mistake to other people and never apologize because i dont have any chance
how i know whether he/she forgive me or not?
will i be forgiven?

and i wonder..

how far did apology matter to me to give my forgiveness?
how far did apology matter to you to give your forgiveness?

should we forgive first then we will be forgiven?
or it doesnt matter if we forgive all the people mistake that ever hurt us
we wont be forgiven if other people wont forgive us

and
will He still count it as a sin as long as im not forgiven yet
even if i really sorry about it?

happy ied, everyone

happy apologizing
happy forgiving

(if u could)

Thursday, August 9, 2012

the heart





the heart is a lonely hunter, always.

Thursday, July 26, 2012

sialnya

orang yang paling ingin mati, justru yang paling panjang umurnya.

Friday, June 29, 2012

aku dan aku

it's only right
that i should go
and find myself
before I go
and ruin someone else
The Rasmus- Justify

saat membuka catatan harianku, aku menemukan penggalan lagu ini tertulis di sana. tertanggal beberapa tahun yang lalu. membacanya kembali mengingatkanku akan situasi masa itu. perasaanku, cara berpikirku di masa lalu.

dan sekarang ternyata tak banyak berubah
kalau tak bisa dibilang bahwa tak ada perubahan sama sekali


ancaman yang sama. rasa takut yang sama. cara pandang yang sama.

ternyata pengalaman tak mengajarkan apa-apa padaku. atau sebenarnya aku yang tak belajar apa-apa. informasi akan dunia luar boleh saja banjir dan menghambur masuk ke dalam otakku. pengetahuan akan jagat raya boleh saja membentuk sudut pandang  baru dalam melihat lingkungan. dan cerita-cerita di buku boleh saja memaksaku untuk bersikap lebih dewasa:

kepada mereka
bukan kepadaku.

aku masih sibuk sendiri di sini. di dalamku. dimensi jiwa yang tak pernah terungkap oleh tubuh fana.



maaf ya, 
untuk kamu, 
yang di situ

Saturday, June 9, 2012

Terima Kasih


and lets meet up in heaven,
om.

Monday, May 28, 2012

perubahan


yang hari ini mencintai sepi
mungkin akan menjadi pecandu keramaian, nanti

yang kemarin terluka
mungkin malah akan menorehkan luka
hari ini

pagi-siang-sore-malam

secepat waktu bergulir,
secepat manusia berubah


17412
statis.

Saturday, May 19, 2012

Apakah saya?

Pada dasarnya manusia tidaklah mengenal dirinya sendiri, mungkin itu sebabnya banyak sekali tes-tes kepribadian yang mengungkapkan bagaimana cara-cara berpikir umum yang biasanya dilakukan oleh sebuah tipe kepribadian tertentu. Begitu pula saya. Karena udah lama juga ga ikut tes kepribadian, maka, saya pun mencoba kuis ini yang kemudian hasilnya sebagai berikut:

Your iPersonic Type: The Analytical Thinker

Analytical Thinkers like you are reserved, quiet persons. You like to get to the bottom of things - curiosity is one of your strongest motives. You want to know what holds the world together deep down inside. You do not really need much more to be happy because you are a modest person. Many mathematicians, philosophers and scientists belong to your type. Analytical Thinkers loathe contradictions and illogicalness; with your sharp intellect, you quickly and comprehensively grasp patterns, principles and structures. You are particularly interested in the fundamental nature of things and theoretical findings; for you, it is not necessarily a question of translating these into practical acts or in sharing your considerations with others. Analytical Thinkers like to work alone; your ability to concentrate is more marked than that of all other personality types. You are open for and interested in new information.

Analytical Thinkers have little interest in everyday concerns - you are always a little like an “absent-minded professor” whose home and workplace are chaotic and who only concerns himself with banalities such as bodily needs when it becomes absolutely unavoidable. The acknowledgement of your work by others does not play a great role for you; in general, you are quite independent of social relationships and very self-reliant. You therefore often give others the impression that you are arrogant or snobby - especially because you do not hesitate to speak your mind with your often harsh (even if justified) criticism and your imperturbable self-confidence. Incompetent contemporaries do not have it easy with you. But whoever succeeds in winning your respect and interest has a witty and very intelligent person to talk to. A partner who amazes one with his excellent powers of observation and his very dry humour.

As an Analytical Thinker you are one of the introverted personality types. You are not particularly suited for dealing with others, working as a part of a team and be in the position of “continuous exchange“, you would much rather work alone, and dwell on your thoughts undisturbed. You usually put a critical distance between yourself and others that enables you to be the keen and incorrupt observer of life. This distance can be truly bridged by only very few other people. That is probably caused by the fact that you are not all that interested to share your thoughts with others. Generally it is sufficient for you to have clarified a matter for yourself or that you have understood something; the continuous in your eyes mostly superficial chatter of the people around you becomes rather annoying.

You prefer to work independently and appreciate having a lot of time and quiet in order to concentrate on the really important things: Structuring ideas, comprehending complex causalities, understanding of the universe, its rules and the logical analysis of systems. You absorb new information like a sponge and your memory is legendary. Once you have learned something, you’ll never forget it - unless you consider it to be irrelevant for some reason and decide that it seems to be better purging it from your data storage.

Creative problem solving and jumping out of your paradigm to development daring future visions are a part of your greatest strength. At the same time you are the most acute and rational critic of your own ideas, each one of them will be rigorously examined and discarded at the smallest indication of contradictions or lack of logic. You usually leave the implementation to others and prefer to turn to new theoretical reflections. Especially in case of self employment (in your case a real possibility) it is important to surround yourself with hands-on oriented and dependable employees who make sure that your incredible suggestions for solutions become reality while you return to immersing yourself in your intellectual world. 

Mudah-mudahan yang baik-baik bener dan yang buruk-buruk (emang ada?) ga bener. Amin. 


-ngelaba saat dikerjain tugas-



Thursday, May 17, 2012

Styles of Loving

This post is kinda weird (yet educating, ha!). I found this when i'm searching some literature for source of my paper about happiness. The book's table of contents kinda interesting and i see a chapter about Love and Marriage. Well, i dunno whether i was an 'essentialist' or just my age *sigh*, i am interested with this two paragraph.

The Canadian sociologist J.A. Lee claimed that different couples have different styles of loving. There are three primary love styles, which he termed Eros, Storge and Ludus. The Erotic style of love is based on immediate physical attraction, a fascination with beauty, sensuality, and good rapport between the two individuals involved. In contrast, Storge is a rather unexciting and undramatic love style. It involves affection and companionship, but it relatively devoid of passion. The third primary love style, Ludus, derives its name from the Latin word for “play”. As that implies, Ludic lovers are hedonistic and unwilling to enter into long-term commitments. 

J. A. Lee did not stop at the three primary love styles just described. He went on to identify three additional love styles that represent blends of the primary love styles. Eros and Storge in combination produce Agape, which is dutiful and altruistic form of love in which the lover expects little in return. Storge and Ludus together make Pragma, which is love style for the realistic and practical lover who actively seeks for a compatible partner. Finally, and most excitingly, there is Mania, which combines elements of Ludus and Eros. This love style is characterized by great emotional intensity in the form of obsession and jealousy. (Eysenck, dkk., 1994: 48)

Do you find this is interesting just like i am? :P

 So, which type are you?



Bibliography
Eyseck, Hans J. 1994. Happines: Facts and Myth. Sussex: Psychology Press.

Sunday, April 29, 2012

today

in everyday
i wake up
and realize that

the world is a whole new thing
life is (always) a mystery
people and i
are just strangers

for myself

then i sigh
and start the day:

waiting

Saturday, April 21, 2012

pertengkaran

we speak in different voices
when fighting with the ones we've loved
we speak in different voices
why can't we say what we're thinking of?
-voices by saosin


suatu hari seorang teman menyanyikan lagu ini di depanku dan kemudian menjabarkan maknanya untukku.

kini, kami tak pernah bertemu dan bicara lagi.

Wednesday, April 4, 2012

hatiku selembar daun


hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput

nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini

ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput

sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi

Sapardi Djoko Damono


Hati manusia, tempat berasal semua emosi, simpati dan empati, diibaratkan oleh Sapardi hanya sebesar daun. Daun tersebut jatuh di rumput yang merupakan perumpamaan dari dunia. Manusia yang begitu banyaknya kini berada di sebuah dunia dari planet yang bernama bumi. Keberadaan manusia di bumi bagai sebuah daun yang jatuh di sebuah taman yang luas: banyak, kecil, dan tidak berdaya. Mereka tidak berdaya karena sewaktu-waktu akan datang seorang “petugas kebersihan” yang bertugas membersihkan taman dari daun-daun yang berguguran itu. Seringkali kita, sebagai manusia merasa bahwa waktu berlalu begitu cepat, sehingga ada hal-hal yang ingin dilakukan atau dipertahankan luput begitu saja karena keterbatasan waktu. Sang Pemilik Taman, dalam puisi ini Sapardi menggunakan kata ganti kau, pada suatu hari akan menyingkirkan kita dari taman-Nya, saat waktu dunia yang hanya sesaat harus berhenti.


tugas kritik sastra,

yang tak pernah ada

Thursday, March 8, 2012

jenuh

jenuh, bosan.

keruh, penuh bayang, tanpa kepastian.
bukan hitam, bukan putih, bukan pula kelabu.

jenuh adalah ketika otak seperti tak mampu berpikir, padahal ia hanya menolak berpikir untuk sementara waktu. sementara waktu: di saat rasa jenuh telah hilang dan digantikan kejernihan. tapi sampai kapan? bagaimana?

rasanya ingin berhenti. ingin berkata "cukup!" dan kemudian pergi. kabut pekat yang menekan dada tetap ada di sana: di seluruh bagian otak yang mendadak buta.

"aku butuh rasio!" kataku.
"dia sedang lumpuh, gunakan perasaanmu saja", kata kepalaku.
"tak bisa. hati telah mati."

for my dear:
semester enam.

Sunday, February 26, 2012

Strong

Men are the type that speak through action rather than words

If they’re going to suffer, they want to avoid making another people support them as much as possible.

They don’t want people to worry about them either. That’s why they won’t say anything.



-Full Metal Alchemist, Chapter 14-


I'm no men, but i tried so hard to be like this.

Thursday, February 16, 2012

the new meaning for a same lyric

you said,
you said that you would die for me


you must LIVE for me too
-cat and mouse, the red jumpsuit apparatus


lirik ini kembali ditulis di blog ini dengan pemaknaan yang sama sekali berbeda.


Saturday, February 11, 2012

Friday, February 10, 2012

matahari dan bulan

“jangan menatap matahari secara langsung, nanti matamu buta”

Kalimat itu ku dengar ketika aku masih kecil. Karena penasaran dengan bentuk matahari, aku mencoba terus memandanginya, agar bisa tahu bentuknya apa: kotak, bulat, lonjong, atau jajaran genjang? Begitu seringnya aku menatap matahari hingga akhirnya ibuku mengeluarkan kalimat peringatan itu. Tapi aku tak kehabisan akal untuk kembali menatap matahari, yakni dengan memakai kacamata 3 dimensi. Dengan kacamata ini aku makin bisa melihat bentuk matahari yang sebenarnya, walau di mataku bentuk matahari masih saja tak jelas, masih terlalu banyak diliputi sinarnya yang panas menyengat mata.

Dan aku pun semakin tua dan (sepertinya) semakin dewasa. Kebiasaan menatap matahari ini tanpa sadar terus aku lakukan. Awalnya memang aku masih penasaran dengan bentuk matahari yang sebenarnya (walau selalu dijelaskan dalam buku IPA bahwa bentuknya bulat), tapi kemudian muncul lagi beberapa alasan lain dibalik kegiatan menatap matahari ini.

1. Panasnya matahari yang tidak terlalu terik membuatku merasa nyaman. Di pagi dan sore hari rasanya sering juga aku memaparkan tubuhku di bawah sinarnya. Dan juga wajahku, ke arahnya.

2. Kebutaan. Mungkin hal ini yang paling dihindari oleh mata manusia sebagai akibat dari memandang matahari terlalu lama. Awalnya aku pun takut menjadi buta, namun rasanya hal itu bukan sesuatu yang terlalu buruk. Karena perintah agama untuk “menjaga pandangan mata” sering sekali diulang, akumulai berpikir: sekalian saja tak bisa melihat, dengan begitu akan lebih mudah dalam menghindari dosa. Kan?

Aku pun memandangnya, melihatnya, merasakan panasnya di kulitku, mengharapkan kehadirannya di hari-hariku agar tempatku beraktifitas tetap kering dan cerah. Aku sering heran dengan mereka-mereka yang menghindari paparan matahari secara langsung karena takut kulitnya menghitam. Hei, bukankah rasa panas itu menyamankan (asal tidak berlebihan)? Kalaupun harus hitam, aku tak keberatan. Lagipula, kenapa memangnya kalau aku hitam? :)

Sering aku memandang matahari secara intens dalam waktu yang lama. Mencoba mencari bentuk matahari. Mencoba untuk membutakan mataku, dengan sukarela, dengan penuh kesadaran. Tapi nyatanya mataku masih bisa melihat, dan aku belum bisa menemukan bentuk matahari yang sebenarnya.

Konon bulan mendapatkan cahaya dari matahari. Kata buku-buku IPA itu, bulan tak memiliki cahaya dan hanya merefleksikan cahaya yang ia dapat dari matahari. Aku tak tahu apakah itu benar. Aku hanya punya dua pilihan: percaya atau tidak percaya. Dan aku belum memilih.

Aku pun gemar memandangi bulan, entah mengapa. Aku tahu bentuk bulan karena memang terlihat jelas, dan bulan tak bisa membutakan mata walau dilihat selama apapun, tapi aku tetap melihatnya, memandangnya, bahkan mengaguminya. Entah mengapa.

Matahari itu bisa membutakan mataku, menghangatkan kulitku dan hatiku.

Dan kini ia mengambil bentuk manusia.

Sunday, January 29, 2012

kau dan aku (1)

Kemarin sore aku menatap senja. Senja di sebuah atap tempat kau dan aku pernah bicara berdua saja. Berdua saja diantara orang-orang lain di sekitar yang tak kau maupun aku perdulikan. Aku sengaja menunggu senja itu, ketika cahaya berubah menjadi gelap. Aku menunggu senja itu, ketika warna biru langit berubah sebelum akhirnya matahari menghilang di balik cakrawala. Namun tak ada yang terjadi. Warna langit siang hanya memudar sebelum menjadi gelap sepenuhnya. Bahkan awan pun tak tampak. Hanya mendung. Hanya kelabu.


Lalu aku mengingat dirimu. Kau yang selalu mendesak masuk ke dalam pikiranku walau aku telah menghalaunya dengan segala cara. Aku ingat ketika akhirnya aku menyerah dan membiarkanmu mengambil alih banyak porsi otakku hanya untukmu, saat itu aku sedang lelah. Tak ada masalah dalam diriku, aku hanya terlibat dengan masalah orang lain: masalah cinta. Saat itu aku baru menyadarinya, bahwa perasaanku padamu adalah cinta. Konyol. Bodoh. Indah.

Lalu aku mengingatmu setiap hari, memikirkanmu. Aku sering mendorongmu keluar dari pikiranku agar aku bisa konsentrasi ke hal yang lain, namun hal itu sulit dan melelahkan. Maka, kubiarkan saja kau membuatku resah setiap hari. Sayangnya, kita jarang sekali bertemu. Tahun kemarin saja, hanya 4 kali aku melihatmu secara langsung. 4 kali. Dan aku baru sadar bahwa aku mencintaimu setelah pertemuan kita yang ketiga. Dan sejak itu, bukan hanya mencintaimu, aku juga merindumu, dan mengutukmu karena membuat pikiranku kacau.

Lalu aku mencari semua hal tentangmu: dari jejaring sosial yang kau miliki. Apa yang kau baca, kau dengar, kau rasa, kau bicarakan, semuanya makin membuatku mencintaimu. Mencintaimu. Mencintaimu. Perasaan yang indah itu membuatku merana setiap hari. Membuatku bahagia setiap kali.


Satu hal yang aku yakini terkait dengan perasaan ini: cinta ini tak akan membuat kau dan aku bersatu. Tak akan pernah. Tak akan bisa. Aku mengetahui ini sejak awal: pengetahuan yang membuatku makin sakit sekaligus makin bebas. Sakit kerena tak bisa bersama orang yang dicintai, sekaligus merasa bebas untuk terus mencintaimu, cinta yang bebas dari nafsu, dan melindungimu dariku, yang mungkin hanya akan membuatmu terluka. Aku menangis, tertawa, bersedih, bahagia, hanya karena mencintaimu dari jauh.


sesak di 27 Januari 2012