saya tak akan (men)serius(i) musik,
tapi hanya akan
(me)main(kan) musik.
bermain dengan serius,
agar permainanku terasa lebih seru dan indah.
pengen berpenampilan gembel ah, setahun ini
it's only right
that i should go
and find myself
before I go
and ruin someone else
Your iPersonic Type: The Analytical Thinker
Analytical Thinkers like you are reserved, quiet persons. You like to get to the bottom of things - curiosity is one of your strongest motives. You want to know what holds the world together deep down inside. You do not really need much more to be happy because you are a modest person. Many mathematicians, philosophers and scientists belong to your type. Analytical Thinkers loathe contradictions and illogicalness; with your sharp intellect, you quickly and comprehensively grasp patterns, principles and structures. You are particularly interested in the fundamental nature of things and theoretical findings; for you, it is not necessarily a question of translating these into practical acts or in sharing your considerations with others. Analytical Thinkers like to work alone; your ability to concentrate is more marked than that of all other personality types. You are open for and interested in new information.Analytical Thinkers have little interest in everyday concerns - you are always a little like an “absent-minded professor” whose home and workplace are chaotic and who only concerns himself with banalities such as bodily needs when it becomes absolutely unavoidable. The acknowledgement of your work by others does not play a great role for you; in general, you are quite independent of social relationships and very self-reliant. You therefore often give others the impression that you are arrogant or snobby - especially because you do not hesitate to speak your mind with your often harsh (even if justified) criticism and your imperturbable self-confidence. Incompetent contemporaries do not have it easy with you. But whoever succeeds in winning your respect and interest has a witty and very intelligent person to talk to. A partner who amazes one with his excellent powers of observation and his very dry humour.As an Analytical Thinker you are one of the introverted personality types. You are not particularly suited for dealing with others, working as a part of a team and be in the position of “continuous exchange“, you would much rather work alone, and dwell on your thoughts undisturbed. You usually put a critical distance between yourself and others that enables you to be the keen and incorrupt observer of life. This distance can be truly bridged by only very few other people. That is probably caused by the fact that you are not all that interested to share your thoughts with others. Generally it is sufficient for you to have clarified a matter for yourself or that you have understood something; the continuous in your eyes mostly superficial chatter of the people around you becomes rather annoying.You prefer to work independently and appreciate having a lot of time and quiet in order to concentrate on the really important things: Structuring ideas, comprehending complex causalities, understanding of the universe, its rules and the logical analysis of systems. You absorb new information like a sponge and your memory is legendary. Once you have learned something, you’ll never forget it - unless you consider it to be irrelevant for some reason and decide that it seems to be better purging it from your data storage.Creative problem solving and jumping out of your paradigm to development daring future visions are a part of your greatest strength. At the same time you are the most acute and rational critic of your own ideas, each one of them will be rigorously examined and discarded at the smallest indication of contradictions or lack of logic. You usually leave the implementation to others and prefer to turn to new theoretical reflections. Especially in case of self employment (in your case a real possibility) it is important to surround yourself with hands-on oriented and dependable employees who make sure that your incredible suggestions for solutions become reality while you return to immersing yourself in your intellectual world.
The Canadian sociologist J.A. Lee claimed that different couples have different styles of loving. There are three primary love styles, which he termed Eros, Storge and Ludus. The Erotic style of love is based on immediate physical attraction, a fascination with beauty, sensuality, and good rapport between the two individuals involved. In contrast, Storge is a rather unexciting and undramatic love style. It involves affection and companionship, but it relatively devoid of passion. The third primary love style, Ludus, derives its name from the Latin word for “play”. As that implies, Ludic lovers are hedonistic and unwilling to enter into long-term commitments.J. A. Lee did not stop at the three primary love styles just described. He went on to identify three additional love styles that represent blends of the primary love styles. Eros and Storge in combination produce Agape, which is dutiful and altruistic form of love in which the lover expects little in return. Storge and Ludus together make Pragma, which is love style for the realistic and practical lover who actively seeks for a compatible partner. Finally, and most excitingly, there is Mania, which combines elements of Ludus and Eros. This love style is characterized by great emotional intensity in the form of obsession and jealousy. (Eysenck, dkk., 1994: 48)
we speak in different voices
when fighting with the ones we've loved
we speak in different voices
why can't we say what we're thinking of?
hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput
nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini
ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput
sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi
Sapardi Djoko Damono
Hati manusia, tempat berasal semua emosi, simpati dan empati, diibaratkan oleh Sapardi hanya sebesar daun. Daun tersebut jatuh di rumput yang merupakan perumpamaan dari dunia. Manusia yang begitu banyaknya kini berada di sebuah dunia dari planet yang bernama bumi. Keberadaan manusia di bumi bagai sebuah daun yang jatuh di sebuah taman yang luas: banyak, kecil, dan tidak berdaya. Mereka tidak berdaya karena sewaktu-waktu akan datang seorang “petugas kebersihan” yang bertugas membersihkan taman dari daun-daun yang berguguran itu. Seringkali kita, sebagai manusia merasa bahwa waktu berlalu begitu cepat, sehingga ada hal-hal yang ingin dilakukan atau dipertahankan luput begitu saja karena keterbatasan waktu. Sang Pemilik Taman, dalam puisi ini Sapardi menggunakan kata ganti kau, pada suatu hari akan menyingkirkan kita dari taman-Nya, saat waktu dunia yang hanya sesaat harus berhenti.
tugas kritik sastra,
yang tak pernah ada
Men are the type that speak through action rather than words
If they’re going to suffer, they want to avoid making another people support them as much as possible.
They don’t want people to worry about them either. That’s why they won’t say anything.
-Full Metal Alchemist, Chapter 14-
I'm no men, but i tried so hard to be like this.
you said,you said that you would die for meyou must LIVE for me too
“jangan menatap matahari secara langsung, nanti matamu buta”
Kalimat itu ku dengar ketika aku masih kecil. Karena penasaran dengan bentuk matahari, aku mencoba terus memandanginya, agar bisa tahu bentuknya apa: kotak, bulat, lonjong, atau jajaran genjang? Begitu seringnya aku menatap matahari hingga akhirnya ibuku mengeluarkan kalimat peringatan itu. Tapi aku tak kehabisan akal untuk kembali menatap matahari, yakni dengan memakai kacamata 3 dimensi. Dengan kacamata ini aku makin bisa melihat bentuk matahari yang sebenarnya, walau di mataku bentuk matahari masih saja tak jelas, masih terlalu banyak diliputi sinarnya yang panas menyengat mata.
Dan aku pun semakin tua dan (sepertinya) semakin dewasa. Kebiasaan menatap matahari ini tanpa sadar terus aku lakukan. Awalnya memang aku masih penasaran dengan bentuk matahari yang sebenarnya (walau selalu dijelaskan dalam buku IPA bahwa bentuknya bulat), tapi kemudian muncul lagi beberapa alasan lain dibalik kegiatan menatap matahari ini.
1. Panasnya matahari yang tidak terlalu terik membuatku merasa nyaman. Di pagi dan sore hari rasanya sering juga aku memaparkan tubuhku di bawah sinarnya. Dan juga wajahku, ke arahnya.
2. Kebutaan. Mungkin hal ini yang paling dihindari oleh mata manusia sebagai akibat dari memandang matahari terlalu lama. Awalnya aku pun takut menjadi buta, namun rasanya hal itu bukan sesuatu yang terlalu buruk. Karena perintah agama untuk “menjaga pandangan mata” sering sekali diulang, akumulai berpikir: sekalian saja tak bisa melihat, dengan begitu akan lebih mudah dalam menghindari dosa. Kan?
Aku pun memandangnya, melihatnya, merasakan panasnya di kulitku, mengharapkan kehadirannya di hari-hariku agar tempatku beraktifitas tetap kering dan cerah. Aku sering heran dengan mereka-mereka yang menghindari paparan matahari secara langsung karena takut kulitnya menghitam. Hei, bukankah rasa panas itu menyamankan (asal tidak berlebihan)? Kalaupun harus hitam, aku tak keberatan. Lagipula, kenapa memangnya kalau aku hitam? :)
Sering aku memandang matahari secara intens dalam waktu yang lama. Mencoba mencari bentuk matahari. Mencoba untuk membutakan mataku, dengan sukarela, dengan penuh kesadaran. Tapi nyatanya mataku masih bisa melihat, dan aku belum bisa menemukan bentuk matahari yang sebenarnya.
Konon bulan mendapatkan cahaya dari matahari. Kata buku-buku IPA itu, bulan tak memiliki cahaya dan hanya merefleksikan cahaya yang ia dapat dari matahari. Aku tak tahu apakah itu benar. Aku hanya punya dua pilihan: percaya atau tidak percaya. Dan aku belum memilih.
Aku pun gemar memandangi bulan, entah mengapa. Aku tahu bentuk bulan karena memang terlihat jelas, dan bulan tak bisa membutakan mata walau dilihat selama apapun, tapi aku tetap melihatnya, memandangnya, bahkan mengaguminya. Entah mengapa.
Matahari itu bisa membutakan mataku, menghangatkan kulitku dan hatiku.
Dan kini ia mengambil bentuk manusia.
Kemarin sore aku menatap senja. Senja di sebuah atap tempat kau dan aku pernah bicara berdua saja. Berdua saja diantara orang-orang lain di sekitar yang tak kau maupun aku perdulikan. Aku sengaja menunggu senja itu, ketika cahaya berubah menjadi gelap. Aku menunggu senja itu, ketika warna biru langit berubah sebelum akhirnya matahari menghilang di balik cakrawala. Namun tak ada yang terjadi. Warna langit siang hanya memudar sebelum menjadi gelap sepenuhnya. Bahkan awan pun tak tampak. Hanya mendung. Hanya kelabu.
Lalu aku mengingat dirimu. Kau yang selalu mendesak masuk ke dalam pikiranku walau aku telah menghalaunya dengan segala cara. Aku ingat ketika akhirnya aku menyerah dan membiarkanmu mengambil alih banyak porsi otakku hanya untukmu, saat itu aku sedang lelah. Tak ada masalah dalam diriku, aku hanya terlibat dengan masalah orang lain: masalah cinta. Saat itu aku baru menyadarinya, bahwa perasaanku padamu adalah cinta. Konyol. Bodoh. Indah.
Lalu aku mengingatmu setiap hari, memikirkanmu. Aku sering mendorongmu keluar dari pikiranku agar aku bisa konsentrasi ke hal yang lain, namun hal itu sulit dan melelahkan. Maka, kubiarkan saja kau membuatku resah setiap hari. Sayangnya, kita jarang sekali bertemu. Tahun kemarin saja, hanya 4 kali aku melihatmu secara langsung. 4 kali. Dan aku baru sadar bahwa aku mencintaimu setelah pertemuan kita yang ketiga. Dan sejak itu, bukan hanya mencintaimu, aku juga merindumu, dan mengutukmu karena membuat pikiranku kacau.
Lalu aku mencari semua hal tentangmu: dari jejaring sosial yang kau miliki. Apa yang kau baca, kau dengar, kau rasa, kau bicarakan, semuanya makin membuatku mencintaimu. Mencintaimu. Mencintaimu. Perasaan yang indah itu membuatku merana setiap hari. Membuatku bahagia setiap kali.
Satu hal yang aku yakini terkait dengan perasaan ini: cinta ini tak akan membuat kau dan aku bersatu. Tak akan pernah. Tak akan bisa. Aku mengetahui ini sejak awal: pengetahuan yang membuatku makin sakit sekaligus makin bebas. Sakit kerena tak bisa bersama orang yang dicintai, sekaligus merasa bebas untuk terus mencintaimu, cinta yang bebas dari nafsu, dan melindungimu dariku, yang mungkin hanya akan membuatmu terluka. Aku menangis, tertawa, bersedih, bahagia, hanya karena mencintaimu dari jauh.
sesak di 27 Januari 2012