hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput
nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini
ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput
sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi
Sapardi Djoko Damono
Hati manusia, tempat berasal semua emosi, simpati dan empati, diibaratkan oleh Sapardi hanya sebesar daun. Daun tersebut jatuh di rumput yang merupakan perumpamaan dari dunia. Manusia yang begitu banyaknya kini berada di sebuah dunia dari planet yang bernama bumi. Keberadaan manusia di bumi bagai sebuah daun yang jatuh di sebuah taman yang luas: banyak, kecil, dan tidak berdaya. Mereka tidak berdaya karena sewaktu-waktu akan datang seorang “petugas kebersihan” yang bertugas membersihkan taman dari daun-daun yang berguguran itu. Seringkali kita, sebagai manusia merasa bahwa waktu berlalu begitu cepat, sehingga ada hal-hal yang ingin dilakukan atau dipertahankan luput begitu saja karena keterbatasan waktu. Sang Pemilik Taman, dalam puisi ini Sapardi menggunakan kata ganti kau, pada suatu hari akan menyingkirkan kita dari taman-Nya, saat waktu dunia yang hanya sesaat harus berhenti.
tugas kritik sastra,
yang tak pernah ada
No comments:
Post a Comment