Sunday, January 29, 2012

kau dan aku (1)

Kemarin sore aku menatap senja. Senja di sebuah atap tempat kau dan aku pernah bicara berdua saja. Berdua saja diantara orang-orang lain di sekitar yang tak kau maupun aku perdulikan. Aku sengaja menunggu senja itu, ketika cahaya berubah menjadi gelap. Aku menunggu senja itu, ketika warna biru langit berubah sebelum akhirnya matahari menghilang di balik cakrawala. Namun tak ada yang terjadi. Warna langit siang hanya memudar sebelum menjadi gelap sepenuhnya. Bahkan awan pun tak tampak. Hanya mendung. Hanya kelabu.


Lalu aku mengingat dirimu. Kau yang selalu mendesak masuk ke dalam pikiranku walau aku telah menghalaunya dengan segala cara. Aku ingat ketika akhirnya aku menyerah dan membiarkanmu mengambil alih banyak porsi otakku hanya untukmu, saat itu aku sedang lelah. Tak ada masalah dalam diriku, aku hanya terlibat dengan masalah orang lain: masalah cinta. Saat itu aku baru menyadarinya, bahwa perasaanku padamu adalah cinta. Konyol. Bodoh. Indah.

Lalu aku mengingatmu setiap hari, memikirkanmu. Aku sering mendorongmu keluar dari pikiranku agar aku bisa konsentrasi ke hal yang lain, namun hal itu sulit dan melelahkan. Maka, kubiarkan saja kau membuatku resah setiap hari. Sayangnya, kita jarang sekali bertemu. Tahun kemarin saja, hanya 4 kali aku melihatmu secara langsung. 4 kali. Dan aku baru sadar bahwa aku mencintaimu setelah pertemuan kita yang ketiga. Dan sejak itu, bukan hanya mencintaimu, aku juga merindumu, dan mengutukmu karena membuat pikiranku kacau.

Lalu aku mencari semua hal tentangmu: dari jejaring sosial yang kau miliki. Apa yang kau baca, kau dengar, kau rasa, kau bicarakan, semuanya makin membuatku mencintaimu. Mencintaimu. Mencintaimu. Perasaan yang indah itu membuatku merana setiap hari. Membuatku bahagia setiap kali.


Satu hal yang aku yakini terkait dengan perasaan ini: cinta ini tak akan membuat kau dan aku bersatu. Tak akan pernah. Tak akan bisa. Aku mengetahui ini sejak awal: pengetahuan yang membuatku makin sakit sekaligus makin bebas. Sakit kerena tak bisa bersama orang yang dicintai, sekaligus merasa bebas untuk terus mencintaimu, cinta yang bebas dari nafsu, dan melindungimu dariku, yang mungkin hanya akan membuatmu terluka. Aku menangis, tertawa, bersedih, bahagia, hanya karena mencintaimu dari jauh.


sesak di 27 Januari 2012

No comments:

Post a Comment