Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah mereka ke rumah bapak & ibu guru untuk menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu, akhirnya pak guru dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsu menjadi nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, mereka pun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu. Sebagian menjadi guru, ilmuan, atau seniman palsu. DEngan gairah tinggi, mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu dengan ekonom palsu sebagai panglima palsu. Mereka saksikan perniagaan dengan ekspor dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu.
>Agus R Sarjono<
Keren banget y ni sajak. Yahud beud. Klo baca gw merasa tersindir.......
Apakah gw adalah salah satu bagian dari semua kepalsuan??
>Agus R Sarjono<
Keren banget y ni sajak. Yahud beud. Klo baca gw merasa tersindir.......
Apakah gw adalah salah satu bagian dari semua kepalsuan??
No comments:
Post a Comment