aku tak sanggup jika harus memenuhi otak dengan kilasan wajah, suara, dan peristiwa yang telah lalu, terlebih bila mengandung hal-hal buruk dan hal-hal baik.
aku melupakannya, dan tak berusaha mengingatnya kembali.
hanya saja serpihan-serpihan di pojok otak yang melekat seperti permen karet dan lem korea permanen itu tak bisa begitu saja dilupakan: membuatku menderita, membuatku tersiksa
oleh rasa takut.
kini, aku mengalami rasa takut yang sama.
aku bisa tak peduli, berbalik dan pergi, menyerah, dan menghentikan semuanya.
tapi tidak. aku akan menjalaninya sampai selesai, tak peduli sehancur apa aku nantinya.
pada 24 maret 2010 di stadion yang mendung dengan indah